Skip to main content

Do You Believe In Magic?

Do You Believe In Magic?

 
Disaripatikan dari buku Rhonda Byrnes – The Magic
The Magic
Dahulu, sewaktu kecil hidup kita seolah dikelilingi oleh magic.
Ada cacing yang bisa berubah menjadi kupu-kupu, ada salju turun dari langit, atau bahkan air terjun. Kita percaya ada Sinterklas yang berkeliling di setiap malam Natal, ada pundi emas di ujung pelangi, boneka kita bisa hidup.
Semakin kita dewasa, semua magic itu semakin hilang. Namun saya mau menyampaikan bahwa magic itu ada. Kita bisa mengalaminya. Kita tidak akan bisa melihatnya karena magic terjadi di alam yang lain. Apakah anda siap mengalami magic lagi?
Perjalanannya dimulai sekitar 2.000 tahun yang lalu. Di Gospel Matthew (Matius), tertulis:
Barangsiapa yang memiliki, akan diberikan lebih, dan dia akan berkelimpahan. Barangsiapa yang tidak memiliki, bahkan apa yang dia punya akan diambil dari padanya.
Aneh dan betapa tidak adil. Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin.
Jawaban dari misteri yang umurnya beradab-abad tersebut tersembunyi dalam dua kata: Rasa Syukur.
Barangsiapa yang memiliki rasa syukur, akan diberikan lebih, dan dia akan berkelimpahan. Barangsiapa yang tidak memiliki rasa syukur, bahkan apa yang dia punya akan diambil dari padanya.
Bahkan kutipan dari Al-Quran tentang rasa syukurpun mirip:
Dan (ingatlah) ketika Allah berkata: ‘Bila kamu bersyukur Saya akan memberi lebih; namun bila kamu tidak bersyukur maka sungguh hukuman dari-Ku akan berat.
Rasa syukur bahkan tunduk kepada hukum alam yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Menurut hukum tarik menarik yang mengatur seluruh energi di alam semesta, dari susunan atom sampai pergerakan planet.
Ketika kita berpikir, “Saya gak suka pekerjaan saya”, “Uang saya gak cukup”, “Pasangan saya kurang baik”, maka kita akan menarik lagi hal-hal seperti ini.
Namun bila kita berpikir akan hal yang kita syukuri, seperti, “Saya suka pekerjaan saya”, “Keluarga saya sangat mendukung”, “Saya merasa dahsyat hari ini”, dan kita tulus merasakan rasa syukur tersebut, maka hukum tarik-menarik berkata, kita akan menarik lagi hal-hal seperti itu ke dalam kehidupan kita.
Ini sama seperti besi tertarik kepada magnet, rasa syukur kita pun seperti magnet, dan semakin besar rasa syukur kita, semakin berkelimpahanlah kita. Ini adalah hukum alam!
Mungkin kita pernah mendengar, “Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai”, “Apa yang kita beri, itu yang kita dapat”, semua itu menunjuk ke hukum alam yang sama. Ini juga menjelaskan salah satu prinsip alam yang dijelaskan oleh Sir Isaac Newton
Setiap tindakan akan selalu menghasilkan reaksi yang setimpal

Ketika kita mengaplikasikan hukum rasa syukur kepada hukum Newton, maka hasilnya:
Setiap tindakan bersyukur selalu menimbulkan hasil menerima. Dan apa yang kita terima akan selalu sama jumlahnya dengan rasa syukur yang kita beri.

Ini artinya setiap tindakan bersyukur selalu memberi hasil menerima! Dan semakin tulus serta semakin besar rasa syukur kita, semakin banyak yang akan kita terima.

Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:



Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com

Comments

Popular posts from this blog

Super Team = Super Power Follow  @i_basori  (    http://goo.gl/AYQKrZ    ) Bapak/Ibu, untuk mengenal Hendrik Ronald anda bisa melihat  www.HendrikRonald.com .   Untuk proposal dan CV Hendrik Ronald bisa langsung di-download di alamat berikut:  Proposal & CV Hendrik Ronald  . Dan video Hendrik Ronald bisa di lihat  di link berikut ini .  Untuk mengundang Hendrik Ronald untuk berbicara di perusahaan Anda, silahkan hubungi iBas di 0852-6597-0008 atau email ke   mbasori2@email.com  atau  kli k di sini . Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan, terimakasih.   Hormat saya Muhammad Basori Excellence Training Crew

Service Excellence

Hal-hal Kecil Itu Penting Kok Tepat 1 (satu) hari sebelum saya sakit DBD, saya duduk di sebuah cafe dengan teman saya. Beliau mengatakan bahwa sekarang menu utama cafe adalah “stop kontak” dan “Wi-Fi”. Kami yang mendengarnya tertawa dan setuju. Sekarang banyak sekali orang yang ke cafe membawa laptop atau charger handphone-nya. Namun tidak banyak cafe yang menyediakan stop kontak. Ini sebenarnya hal kecil, namun cukup untuk “mengusir” tamu-tamunya. Malam ini saya menginap di Hotel Narita – Tangerang. Saya menemukan bahwa mereka meletakkan 1 buah mangkok bening cantik di ujung bath tub. Isinya adalah sabun! Ketika saya melihat sabun ini, saya tersenyum. Biasanya saat mandi di hotel, kita lupa ambil sabun. Hasilnya setelah berbasah-basah ria, saya harus memanjat keluar dari bath tub untuk mengambil sabun yang diletakkan di dekat westafel. Namun di Narita berbeda. Hal kecil yang membuat saya tersenyum. Hotel Komaneka Ubud, adalah salah satu hotel favorit saya. Setiap kali bot...

Masih Melayani Sendiri?

Saya suka makan kway teow. Oh, tentu saja saya punya rumah makan langganan. Biasanya saya dan keluarga suka makan ke sana. Memang tempatnya gak bagus, tapi gak apa-apa. Yang penting enak. Pemiliknya juga selalu baik dan ramah. Ini yang penting! Selalu beliau sendiri yang jaga kasir. Sehingga tamu-tamu juga jadi betah. Bertahun-tahun saya jadi langganan tetap di sana. Namun setelah beberapa lama, pemiliknya mulai tidak menjaga kasir lagi. Digantikan oleh saudara atau pegawainya. Seperti banyak bisnis lainnya, tidak mungkin pemiliknya terus yang menjaga dagangannya. Ya kan? Di sinilah kisah seru mulai terjadi. Malam itu, kami mau makan. Sebelum masuk, anak saya tidak sengaja (maaf) muntah . Pas di trotoar depan rumah makannya, bahkan bukan di dalam restonya. Istri saya langsung mohon maaf. Permohonan maaf ini langsung ‘disambut’ oleh pegawainya, yang menyuruh istri saya langsung ke WC, untuk mengambil tongkat pel. Istri saya disuruh mengepel sendiri bekas muntah anak saya!! Te...